Total Tayangan Halaman

Jumat, 21 September 2012

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghapal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkanya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya, ketika siswa lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi.
Proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem yang mengarahkan usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2009: 17). Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pebelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu.
Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning). Dengan demikian, efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas dan kemampuan guru.
Sejalan dengan uraian di atas, Sanjaya (2011: 14) juga berpendapat bahwa dalam meningkatkan kualitas pendidikan dapat dimulai dari menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proses pembelajaran. Salah satu komponen yang dianggap sangat mempengaruhi proses pendidikan adalah guru, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka semuanya akan kurang bermakna.
Salah satu kemampuan guru yang sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran adalah kemampuan guru untuk mengenal, memahami, dan menggunakan dengan tepat berbagai strategi atau pendekatan-pendekatan dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, dimana pendekatan-pendekatan itu hendaknya mengarah kepada pendekatan yang lebih memberikan peran aktif siswa dalam pembelajaran.
Berbicara tentang proses pembelajaran, belakangan ini semakin banyak pengelola institusi pendidikan yang menyadari perlunya pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Amir (2009: 12) berpendapat bahwa salah satu pendekatan yang banyak diadopsi untuk menunjang pendekatan pembelajaran student centered dan yang memberdayakan peserta didik adalah Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah atau yang dikenal dengan Problem Based Learning (PBL).
PBL memiliki ciri-ciri seperti: pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah, biasanya masalah memiliki konteks dengan dunia nyata, siswa secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah, dan melaporkan solusi dari masalah.
Donal Woods (dalam Amir, 2009: 13) berpendapat bahwa PBL lebih dari sekedar lingkungan yang efektif untuk mempelajari pengetahuan tertentu. Ia dapat membantu siswa membangun kecakapan sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerja sama tim, dan berkomunikasi. Selanjutnya Lynda Wee (2002) menyebutkan ciri proses PBL sangat menunjang pembangunan kecakapan mengatur diri sendiri (self directed), kolaboratif, berpikir secara metakognitif, cakap menggali informasi, yang semuanya dibutuhkan di dunia kerja.  
Berdasarkan uraian-uraian diatas diharapkanlah bahwa Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan memberikan suatu keberhasilan dalam proses pembelajaran sehingga siswa bukan hanya pintar secara teoritis namun siswa menjadi aktif dalam mengaplikasikan setiap pelajaran yang ia peroleh dengan kehidupan nyatanya.



1.2    Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1.      Apakah Konsep Dasar dan Karakteristik dari Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah?
2.      Bagaimana Hakikat Masalah dalam Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah?
3.      Bagaimanakah sintaks dari Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah?
4.      Bagaimana Implementasi Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah di Kelas?
5.      Apa sajakah keunggulan dan kelemahan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah?

1.3    Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1.      Memberikan penjelasan tentang Konsep Dasar dan Karakteristik dari Pendekatan  Pembelajaran Berbasis Masalah.
2.      Memberikan penjelasan tentang Hakikat Masalah dalam Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah.
3.      Mengetahui bagaimana sintaks dari Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah.
4.      Mengetahui bagaimana Implementasi Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah di Kelas dan mengetahui apa saja yang menjadi keunggulan dan kelemahan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah.

1.4    Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dari makalah ini adalah:
1.      Menambah khasanah berfikir dan wawasan tentang Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah.
2.      Mampu menerapkan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam proses pembelajaran.






BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar dan Karakteristik dari Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah.
             Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah atau yang dikenal dengan PBL yang berkembang sekitar tahun 1970-an di McMaster University di Canada dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah (Sanjaya, 2011: 214). Terdapat tiga ciri utama dari Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah, yakni: (1) Pendekatan PBL merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi pendekatan ini ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Pendekatan ini tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghapal materi pelajaran akan tetapi melalui PBL ini siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. (2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Pendekatan ini menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran. (3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
            Selanjutnya Barrows dan Kelson (dalam Amir, 2009: 21) merumuskan PBL adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematik  untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nantinya diperlukan dalam karier dan kehidupan sehari-hari.
            Pendapat yang sesuai juga disampaikan oleh Dutch (dalam Amir, 2009: 21) bahwa PBL merupakan metode instruktional yang menantang siswa agar “belajar untuk belajar”, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. PBL mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.
            Berdasarkan berbagai pendapat di atas, berikut dapat dirangkum karakteristik yang tercakup dalam proses PBL, yakni:
·           Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran.
·           Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang (ill-structured).
·           Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk. Solusinya menuntut siswa menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa materi yang saling berkaitan.
·           Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru.
·           Sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed learning).
·           Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja. Pencarian, evaluasi serta penggunaan ini menjadi kunci penting.
·           Pembelajaranya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching), dan melakukan presentasi.
Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dapat diterapkan:
·           Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh.
·           Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir siswa rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta kemampuan dalam membuat judgment secara objektif.
·           Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.
·           Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya.
·           Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya. (hubungan antara teori dengan kenyataan).

2.2    Hakikat Masalah dalam Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Hakikat masalah dalam Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah adalah masalah yang masih bersifat terbuka. Artinya jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru dapat mengembangkan kemungkinan jawaban. Dengan demikian, pendekatan ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tujuan yang ingin dicapai oleh pendekatan ini adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Wee (dalam Amir, 2009: 32) berpendapat bahwa masalah yang diberikan haruslah dapat merangsang dan memicu siswa untuk menjalankan pembelajaran dengan baik. Masalah yang disajikan oleh pendidik dalam proses PBL yang baik, memiliki ciri khas seperti berikut:
1.        Punya keaslian seperti di dunia kerja. Masalah yang disajikan, sedapat mungkin memang merupakan cerminan masalah yang dihadapi di dunia kerja. Dengan demikian, siswa bisa memanfaatkannya nanti bila menjadi lulusan yang akan bekerja.
2.        Dibangun dengan memperhitungkan dengan pengetahuan sebelumnya. Masalah yang dirancang, dapat membangun kembali pemahaman siswa atas pengetahuan yang telah didapat sebelumnya.
3.        Membangun pemikiran yang metakognitif dan konstruktif.
4.        Meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran. Dengan rancangan masalah yang menarik dan menantang, siswa akan tergugah untuk belajar. Bila relevansinya tinggi dengan saat nanti praktik, biasanya siswa akan terangsang rasa ingin tahunya dan bertekad untuk menyelesaikan masalahnya.
Meskipun kriteria di atas dapat dijalankan dengan fleksibel, dan para pendidiklah yang paling tahu hal itu. Akan tetapi, yang sangat harus diketahui oleh guru adalah:
·          Seperti apa profil umum para peserta didik.
·          Sejauh mana karakteristik masalah yang ingin dibuat berkaitan dengan: otensitas, relevansinya dengan kurikulum, sejauh mana integrasinya dengan disiplin ilmu lain.
·          Sejauh mana tingkat kontekstualnya; apakah akan sangat mengambang atau tidak, apakah hal yang sangat baru atau sudah cukup populer, dan sebagainya.
·          Sumber-sumber pembelajaran, sejauh mana mendukungnya.
Masalah dalam Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah diharapkan adalah merupakan masalah bukan hanya dari materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Amir (2009: 216) memberikan kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam pendekatan pembelajaran berbasis masalah, yakni:                                                            
1.          Bahan Pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bisa bersumber dari berita, rekaman video, dan yang lainnya.
2.          Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.
3.          Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak, sehingga terasa manfaatnya.
4.          Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

2.3      Implementasi Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, salah satu tujuan digunakannya Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah adalah mencoba membuat proses berpikir siswa lebih baik. Siswa tidak lagi belajar mengandalkan memori (ingatan) dan mencontoh jawaban-jawaban dari soal-soal yang sudah diselesaikan sebelumnya.
Untuk mengimplementasikan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah ini, maka dalam aktivitas guru nantinya perlu diperhatikan bahwa guru harus lebih fokus untuk:
·             Memfasilitasi proses PBL, mulai dari mengubah kerangka berpikir siswa, mengembangkan kemampuan bertanya, membuat siswa terlibat dalam pembelajaran kelompok.
·             Menuntut siswa dalam mendapatkan strategi pemecahan masalah, mulai dengan penalaran yang mendalam (deep reasoning), serta berpikir metakognitif dan kritis.
·             Memediasi proses mendapatkan informasi, mulai dengan mencari sumber informasi, membuat hubungan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan memberikan

2.4.            Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
A.         Keunggulan dari PBL:
1.          Siswa menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi ajar.
2.           Siswa dapat meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan
3.           Mendorong  siswa untuk berpikir kritis, reflektif, dan analitis.
4.           Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5.           Dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
6.           Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
7.           Dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
8.           Dapat meningkatkan ktivitas pembelajaran siswa.
9.           Dapat memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran, pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
10.       Dapat membangun kerja sama tim, melatih jiwa kepemimpinan, dan keterampilan sosial.



B.         Kelemahan PBL:
1.           Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencaoba.
2.           Keberhasilan pendekatan pembelajaran ini membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3.           Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
4.           Hakikat masalah dalam Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah adalah masalah yang masih bersifat terbuka. Artinya jawaban dari masalah tersebut belum pasti.















BAB III
KESIMPULAN dan SARAN

3.1   Kesimpulan
PBL adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim.
Ciri utama dari Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah, yakni: (1) Pendekatan PBL merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi pendekatan ini tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghapal materi pelajaran akan tetapi melalui PBL ini siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. (2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Pendekatan ini menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. (3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Tujuan yang ingin dicapai oleh pendekatan PBL ini adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah. Pada pendekatan PBL terdiri dari lima langkah-langkah yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Hakikat masalah dalam Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah adalah masalah yang masih bersifat terbuka. Artinya jawaban dari masalah tersebut belum pasti.

3.2    Saran
Sebagai pendidik kita hendaknya mempunyai pengetahuan tentang berbagai pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas dari proses pembelajaran. Kita juga harus mampu menentukan pendekatan, metode, strategi ataupun model-model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, sehingga apa yang kita harapkan bersama dapat tercapai dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. Taufiq, 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta :   Kencana
Asrori, Mohammad, 2007. Psikologi Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima
Greedler, E. Margareth, 2011. Learning and Instruction. Jakarta: Kencana
Sanjaya, H. Wina, 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Trianto, 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana
Uno, B. Hamzah, 2008. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar