PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Salah satu masalah yang dihadapi
dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk
menghapal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai
informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk
menghubungkanya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya, ketika siswa lulus
dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi.
Proses pembelajaran adalah
merupakan suatu sistem yang mengarahkan usaha sadar dari seorang guru untuk
membelajarkan siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto,
2009: 17). Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi
dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi
komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Proses belajar terjadi melalui
banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang
waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pebelajar. Perubahan yang
dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu.
Dalam proses pembelajaran, guru
tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya,
tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning). Dengan
demikian, efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh
karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh
kualitas dan kemampuan guru.
Sejalan dengan uraian di atas, Sanjaya
(2011: 14) juga berpendapat bahwa dalam meningkatkan kualitas pendidikan dapat
dimulai dari menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi
proses pembelajaran. Salah satu komponen yang dianggap sangat mempengaruhi
proses pendidikan adalah guru, sebab guru merupakan ujung tombak yang
berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar.
Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimanapun lengkapnya
sarana dan prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam
mengimplementasikannya, maka semuanya akan kurang bermakna.
Salah satu kemampuan guru yang
sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran adalah kemampuan guru
untuk mengenal, memahami, dan menggunakan dengan tepat berbagai strategi atau
pendekatan-pendekatan dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai, dimana pendekatan-pendekatan itu hendaknya mengarah kepada
pendekatan yang lebih memberikan peran aktif siswa dalam pembelajaran.
Berbicara tentang proses pembelajaran,
belakangan ini semakin banyak pengelola institusi pendidikan yang menyadari
perlunya pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered).
Amir (2009: 12) berpendapat bahwa salah satu pendekatan yang banyak diadopsi
untuk menunjang pendekatan pembelajaran student centered dan yang memberdayakan
peserta didik adalah Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah atau yang dikenal
dengan Problem Based Learning (PBL).
PBL memiliki ciri-ciri seperti:
pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah, biasanya masalah memiliki
konteks dengan dunia nyata, siswa secara berkelompok aktif merumuskan masalah
dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari
sendiri materi yang terkait dengan masalah, dan melaporkan solusi dari masalah.
Donal Woods (dalam Amir, 2009: 13)
berpendapat bahwa PBL lebih dari sekedar lingkungan yang efektif untuk
mempelajari pengetahuan tertentu. Ia dapat membantu siswa membangun kecakapan
sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerja sama tim, dan berkomunikasi.
Selanjutnya Lynda Wee (2002) menyebutkan ciri proses PBL sangat menunjang
pembangunan kecakapan mengatur diri sendiri (self directed), kolaboratif,
berpikir secara metakognitif, cakap menggali informasi, yang semuanya
dibutuhkan di dunia kerja.
Berdasarkan uraian-uraian diatas
diharapkanlah bahwa Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan
kualitas pendidikan dan memberikan suatu keberhasilan dalam proses pembelajaran
sehingga siswa bukan hanya pintar secara teoritis namun siswa menjadi aktif
dalam mengaplikasikan setiap pelajaran yang ia peroleh dengan kehidupan
nyatanya.
1.2
Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1.
Apakah Konsep Dasar dan Karakteristik
dari Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah?
2.
Bagaimana Hakikat Masalah dalam
Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah?
3.
Bagaimanakah sintaks dari Pendekatan
Pembelajaran Berbasis Masalah?
4.
Bagaimana Implementasi Pendekatan
Pembelajaran Berbasis Masalah di Kelas?
5.
Apa sajakah keunggulan dan kelemahan
Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah?
1.3
Tujuan
Penulisan
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk:
1.
Memberikan penjelasan tentang Konsep
Dasar dan Karakteristik dari Pendekatan
Pembelajaran Berbasis Masalah.
2.
Memberikan penjelasan tentang Hakikat
Masalah dalam Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah.
3.
Mengetahui bagaimana sintaks dari
Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah.
4.
Mengetahui bagaimana Implementasi
Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah di Kelas dan mengetahui apa saja yang
menjadi keunggulan dan kelemahan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah.
1.4
Manfaat
Penulisan
Manfaat
penulisan dari makalah ini adalah:
1.
Menambah khasanah berfikir dan wawasan
tentang Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah.
2.
Mampu menerapkan Pendekatan Pembelajaran
Berbasis Masalah dalam proses pembelajaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Konsep Dasar dan
Karakteristik dari Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah.
Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah atau
yang dikenal dengan PBL yang berkembang sekitar tahun 1970-an di McMaster
University di Canada dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas pembelajaran
yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah
(Sanjaya, 2011: 214). Terdapat tiga ciri utama dari Pendekatan Pembelajaran
Berbasis Masalah, yakni: (1) Pendekatan PBL merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran, artinya dalam implementasi pendekatan ini ada sejumlah kegiatan
yang harus dilakukan siswa. Pendekatan ini tidak mengharapkan siswa hanya
sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghapal materi pelajaran akan tetapi
melalui PBL ini siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data,
dan akhirnya menyimpulkan. (2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk
menyelesaikan masalah. Pendekatan ini menempatkan masalah sebagai kata kunci
dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses
pembelajaran. (3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berpikir secara ilmiah.
Selanjutnya Barrows dan Kelson (dalam Amir, 2009: 21)
merumuskan PBL adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya,
dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang
penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi
belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses
pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi
tantangan yang nantinya diperlukan dalam karier dan kehidupan sehari-hari.
Pendapat yang sesuai juga disampaikan oleh Dutch (dalam
Amir, 2009: 21) bahwa PBL merupakan metode instruktional yang menantang siswa
agar “belajar untuk belajar”, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi
bagi masalah nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan
serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. PBL
mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta
menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, berikut dapat
dirangkum karakteristik yang tercakup dalam proses PBL, yakni:
·
Masalah digunakan sebagai awal
pembelajaran.
·
Biasanya, masalah yang digunakan
merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang
(ill-structured).
·
Masalah biasanya menuntut perspektif
majemuk. Solusinya menuntut siswa menggunakan dan mendapatkan konsep dari
beberapa materi yang saling berkaitan.
·
Masalah membuat siswa tertantang untuk
mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru.
·
Sangat mengutamakan belajar mandiri
(self directed learning).
·
Memanfaatkan sumber pengetahuan yang
bervariasi, tidak dari satu sumber saja. Pencarian, evaluasi serta penggunaan
ini menjadi kunci penting.
·
Pembelajaranya kolaboratif, komunikatif,
dan kooperatif. Siswa bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan
(peer teaching), dan melakukan presentasi.
Pendekatan
Pembelajaran Berbasis Masalah dapat diterapkan:
·
Manakala guru menginginkan agar siswa
tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan
memahaminya secara penuh.
·
Apabila guru bermaksud untuk
mengembangkan keterampilan berpikir siswa rasional siswa, yaitu kemampuan
menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi
baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta kemampuan
dalam membuat judgment secara objektif.
·
Manakala guru menginginkan kemampuan
siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.
·
Jika guru ingin mendorong siswa untuk
lebih bertanggung jawab dalam belajarnya.
·
Jika guru ingin agar siswa memahami
hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya.
(hubungan antara teori dengan kenyataan).
2.2
Hakikat
Masalah dalam Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Hakikat masalah dalam Pendekatan Pembelajaran
Berbasis Masalah adalah masalah yang masih bersifat terbuka. Artinya jawaban
dari masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru dapat
mengembangkan kemungkinan jawaban. Dengan demikian, pendekatan ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data
secara lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tujuan yang ingin
dicapai oleh pendekatan ini adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis,
analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah
melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Wee (dalam Amir, 2009: 32)
berpendapat bahwa masalah yang diberikan haruslah dapat merangsang dan memicu
siswa untuk menjalankan pembelajaran dengan baik. Masalah yang disajikan oleh
pendidik dalam proses PBL yang baik, memiliki ciri khas seperti berikut:
1.
Punya keaslian seperti di dunia kerja.
Masalah yang disajikan, sedapat mungkin memang merupakan cerminan masalah yang
dihadapi di dunia kerja. Dengan demikian, siswa bisa memanfaatkannya nanti bila
menjadi lulusan yang akan bekerja.
2.
Dibangun dengan memperhitungkan dengan
pengetahuan sebelumnya. Masalah yang dirancang, dapat membangun kembali
pemahaman siswa atas pengetahuan yang telah didapat sebelumnya.
3.
Membangun pemikiran yang metakognitif
dan konstruktif.
4.
Meningkatkan minat dan motivasi dalam
pembelajaran. Dengan rancangan masalah yang menarik dan menantang, siswa akan
tergugah untuk belajar. Bila relevansinya tinggi dengan saat nanti praktik,
biasanya siswa akan terangsang rasa ingin tahunya dan bertekad untuk
menyelesaikan masalahnya.
Meskipun kriteria di
atas dapat dijalankan dengan fleksibel, dan para pendidiklah yang paling tahu
hal itu. Akan tetapi, yang sangat harus diketahui oleh guru adalah:
·
Seperti apa profil umum para peserta
didik.
·
Sejauh mana karakteristik masalah yang
ingin dibuat berkaitan dengan: otensitas, relevansinya dengan kurikulum, sejauh
mana integrasinya dengan disiplin ilmu lain.
·
Sejauh mana tingkat kontekstualnya;
apakah akan sangat mengambang atau tidak, apakah hal yang sangat baru atau
sudah cukup populer, dan sebagainya.
·
Sumber-sumber pembelajaran, sejauh mana
mendukungnya.
Masalah dalam Pendekatan
Pembelajaran Berbasis Masalah diharapkan adalah merupakan masalah bukan hanya
dari materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi juga dapat
bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang
berlaku. Amir (2009: 216) memberikan kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam
pendekatan pembelajaran berbasis masalah, yakni:
1.
Bahan Pelajaran harus mengandung isu-isu
yang mengandung konflik yang bisa bersumber dari berita, rekaman video, dan
yang lainnya.
2.
Bahan yang dipilih adalah bahan yang
bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan
baik.
3.
Bahan yang dipilih merupakan bahan yang
berhubungan dengan kepentingan orang banyak, sehingga terasa manfaatnya.
4.
Bahan yang dipilih merupakan bahan yang
mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan
kurikulum yang berlaku.
2.3
Implementasi
Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Seperti yang telah disinggung
sebelumnya, salah satu tujuan digunakannya Pendekatan Pembelajaran Berbasis
Masalah adalah mencoba membuat proses berpikir siswa lebih baik. Siswa tidak
lagi belajar mengandalkan memori (ingatan) dan mencontoh jawaban-jawaban dari
soal-soal yang sudah diselesaikan sebelumnya.
Untuk mengimplementasikan Pendekatan
Pembelajaran Berbasis Masalah ini, maka dalam aktivitas guru nantinya perlu
diperhatikan bahwa guru harus lebih fokus untuk:
·
Memfasilitasi
proses PBL, mulai dari mengubah kerangka berpikir siswa, mengembangkan
kemampuan bertanya, membuat siswa terlibat dalam pembelajaran kelompok.
·
Menuntut
siswa
dalam mendapatkan strategi pemecahan masalah, mulai dengan penalaran yang
mendalam (deep reasoning), serta berpikir metakognitif dan kritis.
·
Memediasi
proses mendapatkan informasi, mulai dengan mencari sumber informasi, membuat
hubungan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan memberikan
2.4.
Keunggulan
dan Kelemahan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
A.
Keunggulan
dari PBL:
1.
Siswa menjadi lebih ingat dan meningkat
pemahamannya atas materi ajar.
2.
Siswa dapat meningkatkan fokus pada
pengetahuan yang relevan
3.
Mendorong siswa untuk berpikir kritis, reflektif, dan
analitis.
4.
Dapat membantu siswa bagaimana
mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5.
Dapat mengembangkan minat siswa untuk
secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah
berakhir.
6.
Memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
7.
Dapat menantang kemampuan siswa serta
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
8.
Dapat meningkatkan ktivitas pembelajaran
siswa.
9.
Dapat memperlihatkan kepada siswa bahwa
setiap mata pelajaran, pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang
harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari
buku-buku saja.
10. Dapat
membangun kerja sama tim, melatih jiwa kepemimpinan, dan keterampilan sosial.
B.
Kelemahan
PBL:
1.
Manakala siswa tidak memiliki minat atau
tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencaoba.
2.
Keberhasilan pendekatan pembelajaran ini
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3.
Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha
untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar
apa yang mereka ingin pelajari.
4.
Hakikat masalah dalam Pendekatan Pembelajaran
Berbasis Masalah adalah masalah yang masih bersifat terbuka. Artinya jawaban
dari masalah tersebut belum pasti.
BAB III
KESIMPULAN
dan SARAN
3.1
Kesimpulan
PBL adalah kurikulum dan proses
pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa
mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan
masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan
berpartisipasi dalam tim.
Ciri utama dari Pendekatan Pembelajaran Berbasis
Masalah, yakni: (1) Pendekatan PBL merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran,
artinya dalam implementasi pendekatan ini tidak mengharapkan siswa hanya
sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghapal materi pelajaran akan tetapi
melalui PBL ini siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data,
dan akhirnya menyimpulkan. (2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk
menyelesaikan masalah. Pendekatan ini menempatkan masalah sebagai kata kunci
dari proses pembelajaran. (3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan berpikir secara ilmiah.
Tujuan yang ingin dicapai oleh
pendekatan PBL ini adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis,
sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui
eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah. Pada
pendekatan PBL terdiri dari lima langkah-langkah yang dimulai dengan guru
memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan
analisis hasil kerja siswa. Hakikat masalah dalam Pendekatan Pembelajaran
Berbasis Masalah adalah masalah yang masih bersifat terbuka. Artinya jawaban
dari masalah tersebut belum pasti.
3.2
Saran
Sebagai pendidik kita hendaknya
mempunyai pengetahuan tentang berbagai pendekatan pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas dari proses pembelajaran. Kita juga harus mampu
menentukan pendekatan, metode, strategi ataupun model-model pembelajaran yang
sesuai dengan materi yang akan diajarkan, sehingga apa yang kita harapkan
bersama dapat tercapai dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Amir, M. Taufiq, 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based
Learning. Jakarta : Kencana
Asrori, Mohammad, 2007.
Psikologi Pembelajaran. Bandung:
Wacana Prima
Greedler, E. Margareth,
2011. Learning and Instruction.
Jakarta: Kencana
Sanjaya, H. Wina, 2011.
Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Trianto, 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif
Progresif. Jakarta: Kencana
Uno, B. Hamzah, 2008. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar