PENDAHULUAN
Ikan lele dumbo (Clarias geriepinus) pertama kali
ditemukan di Indonesia sekitar tahun 1986 yang berasal dari Negara Taiwan dan
mempunyai sifat-sifat yang lebih unggul dibandingkan dengan jenis ikan lele
lainnya. Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh ikan lele dumbo adalah rasa,
kandungan gizi tinggi, dan pertumbuhan yang relative cepat (Najiyati,1992).
Keunggulan ynag dimiliki oleh ikan lele dumbo ini seolah-olah menutupi
kekurangan lele local yang pada umumnya sangat lambat perkembangannya, sehingga
sangat menguntungkan apabila ikan lele dumbo diternakkan untuk
diperjualbelikan.
Di Indonesia terdapat 6 jenis ikan
lele yang mempunyai potensi untuk diperdagangkan, antara lain: Clarias batracus L., Clarias leiacanthus Bekr, Clarias nientrofi CV, Clarias melanoderma Blkr, Clarias leysmani
Blkr, dan Clarias geriepinus.
Lele dumbo mempunyai masa
pertumbuhan yang relative cepat karena hanya dalam waktu relative singkat yaitu
sekitar 2-3 bulan mampu mempunyai berat badan
0,2-0,3 Kg. Sedangkan lele local membutuhkan waktu 1 tahun (Najiyati,
1992). Selain itu lele betina dewasa dapat menetaskan telur antara 1000-4000
butir dan bila telur-telur tersebut dibuahi maka dalam waktu 2-3 hari akan
menetas menjadi lele kecil yang kuat mencari makanan sendiri.
Ikan seperti halnya hewan lain
membutuhkan zat-zat gizi tertentu untuk kehidupannya. Zat-zat gizi tersebut
akan digunakan untuk hewani menghasilkan tenaga, mengganti sel tubuh yang
rusak, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air. Oleh sebab itu dalam
pembuatan makanan ikan, yang perlu diperhatikan adalah pemilihan bahannya.
Bahan-bahan tersebut harus memnuhi beberapa syarat, yaitu: mempunyai nilai gizi
tinggi, mudah diperoleh, mudah diolah, tidak mengandung racun, harganya
relative murah, bukan makanan pokok manusia sehingga tidak merupakan saingan.
Salah satu hewan yang dapat memenuhi
syarat seperti di atas yang juga sebagai sumber protein hewani adalah bekicot .
Daging bekicot dapat dijadikan tepung untuk campuran pakan ikan. Jumlah
penggunaannya berkisar 5 sampai 15%. Apabila tepung bekicot yang digunakan dari
tepung bekicot mentah (raw snail meal) maka persentase penggunaannya rendah.
Selain dalam bentuk tepung, bekicot juga dapat diberikan dalam bentuk segar,
misalnya untuk pakan ikan lele. Daging bekicot ini sebaiknya dicacah terlebih
dahulu sebelum ditaburkan ke dalam kolam (Tim Penulis Swadaya,1992).
Tabel 1. Komposisi Kimia Tepung Achatina fulica
dalam 100 gr Bahan
Komposisi
|
Bahan
|
|
Tepung Bekicot
Mentah (gr)
|
Tepung Bekicot
Rebus(gr)
|
|
Air
|
7,59
|
7,54
|
Protein
|
59,27
|
57,72
|
Lemak
|
3,62
|
4,60
|
Kalsium
|
6,40
|
7,83
|
Fosfor
|
0,84
|
0,95
|
Serat Kasar
|
2,47
|
0,08
|
Inert
|
19,81
|
21,28
|
Sumber: Komplang, 1979
Data
bahan kandungan protein daging bekicot untuk bahan makanan ternak dapat dilihat
pada table 2
Tabel 2. Bahan Kandungan Protein Daging Bekicot
Untuk Bahan Makanan Ternak
Bahan
|
Protein
|
Serat
Kasar
|
Lemak
|
abu
|
BETN
|
Ca
|
P
|
Tepung
Bekicot
Dengan kulit
|
5,24
|
9,47
|
0,33
|
60,17
|
27,30
|
-
|
-
|
Tepung bekicot
Mentah
|
64,14
|
2,67
|
3,92
|
-
|
-
|
6,93
|
0,92
|
Tepung bekicot rebus
|
62,43
|
0,09
|
4,98
|
-
|
-
|
8,47
|
1,03
|
Sumber: Lembaga
Penelitian Peternakan Bogor,1976
Hasil menunjukkan bahwa daging
bekicot mengandung protein hewan yang sangat tinggi. Kandungan proteinnya
meliputi ikatan zat-zat pada asam amino yang kegunaannya sangat penting bagi
pertumbuhan tubuh. Jika dibandingkan dengan telur ayam, nilai protein yang
dikandung daging bekicot lebih tinggi.
Protein terdiri dari asam-asam amino
yang mengandung unsure Carbon, Hidrogen, Oksigen, dan unsure Nitrogen. Molekul
protein juga mengandung fosfor dan belerang. Beberapa jenis protein mengandung
jenis logam seperti besi dan tembaga.
Potein
dalam pakan ternak sangat penting bagi kehidupan ternak karena zat tersebut
merupakan protoplasma aktif dalam sel hidup. Nilai yang terkandung dalam
protein pakan ternak secara umum merupakan zat organic yang mengandung karbon,
hydrogen dan oksigen serta sulfur.
Senyawa protein dalam biomolekul
berperan sebagai unsure nucleoprotein dalam kromosom yang merupakan cetakan
dalam proses keturunan. Sebagai enzim yang memacu proses reaksi-reaksi dalam
kehidupan. Sebagian hormone berfungsi sebagai saran kontraksi dan sebagai
antibody yaitu intervensi benda asing. Protein dalam bahan makanan yang
dikonsumsi hewan akan diserap dalam bentuk asam amino. Komposisi asam amino
hewan hampir bersamaan dengan komposisi asam amino manusia. Sintesis protein
dalam tubuh hanya dapat terjadi apabila tersedia 20 jenis asam amino yang
digunakan untuk menyusun rangkaian polopeptida (protein) tersebut.
SAMPEL
Sampel
yang digunakan adalah ikan lele dumbo yang berukuran 15 cm yang mempunyai berat
5 gr, yang berisi 10 ekor bibit ikan lele dumbo untuk setiap bak dan ada 18
buah bak, sehingga jumlah keseluruhan sampel 180 ekor atau disebut juga dengan
sampel total .
ALAT DAN BAHAN
ALAT
Bak
(ukuran 1 m x 0,75 m x 0,5m), timbangan,
jaring ikan, neraca analitik, labu kjeldhal, alat destilasi, gelas ukur,
Erlenmeyer, biuret, pipet volum, beaker gelas, pisau.
BAHAN
Ikan
lele dumbo, pelet komersil, bekicot, H2SO4 pekat, Na2SO4 anhidrat, logam Zn,
NaOH 40%, HCl 0,1 N, aquades, batu didih, dan penolftalein.
METODE PENELITIAN
Metode
penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen non factorial dengan desain
penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini menggunakan 3 perlakuan
dan 6 kali ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 10 ekor ikan lele dumbo.
R1
= Pelet Komersil + 0% Bekicot
R2
= Pelet Komersil + 30% Bekicot
R3
= Pelet Komersil + 40% Bekicot
Data
dianalisis dengan analisis varians (ANAVA) pada taraf signifikansi 99% atau
α=0,01 dengan kriteria jika F hitung ≥ F tabel maka tolak Ho, artinya perlakuan
memberikan pengaruh sangat nyata terhadap rataan nilai pengamatan (respon).
Untuk mengetahui perlakuan mana yang memberikan pengaruh dilakukan Uji Beda
Nyata Terkecil (BNT).
PELAKSANAAN PENELITIAN
DI
LAPANGAN
Persiapan Bak Pemeliharaan
Bak
pemeliharaan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 18 buah berukuran 1m
x 0,75m x 0,5m per perlakuan. Sebelum bibit lele dumbo dimasukkan ke dalam bak
terlebih dahulu bak diisi dengan air dan diberi larutan PK 5% dan dibiarkan
selama 1 minggu untuk mematikan bibit penyakit yang mungkin ada dalam bak,
barulah bak siap untuk dipakai. Bak pemeliharaan yang digunakan adalah jenis
bak yang berlantai dasar yang terbuat dari semen.
Penyediaan bibit
Bibit
yang digunakan adalah bibit lele dumbo berukuran 10-15 cm yang mempunyai berat 5
gr berjumlah 180 ekor dimana di setiap bak diisi oleh 10 ekor bibit lele dumbo.
Persiapan ransum
Pelet
komersial yang digunakan adalah pelet ikan lele dumbo dengan kode 781 yang
diperolah dari toko penjual pakan ternak, sedangkan pembuatan pakan bekicot
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Bekicot
dikeluarkan dari cangkangnya dan kemudian direbus agar mikroorganisme penyebab
penyakit yang terkandung di dalam bekicot mati dan lendirnya hilang. Air
rebusan ditiriskan selanjutnya bekicot dihaluskan, setelah halus dicampurkan ke
dalam pelet komersil sebanyak 30 % untuk perlakuan R2 dan R 40% untuk perlakuan
R3 selanjutnya dibentuk butiran-butiran kecil seperti pelet dan dijemur hingga
kering dan siap digunakan. Untuk menentukan kadar persentase bekicot dapat
digunakan rumus sebagai berikut:
% =
Pemeliharaan
Pemberian makan dialkukan dengan 3 sehari, pada pagi hari pukul
08.00-09.00, sore hari pukul 16.00 – 17.00, dan malam hari pukul 21.00-22.00
pemberiannya dengan cara menebar pakan dilokasi tertentu agar tidak terjadi
perebutan pakan dan memudahkan ikan mengenali lokasi pakannya.
Air
di dalam bak senantiasa mengalami perubahan baik dalam hal jumlah maupun sifat
fisik dan kimia. Hal ini akibat adanya proses penguapan, kebocoran ataupun
proses biologi dan kimia. Akibat perubahan itu, suatu saat kondisi air tidak
mampu mendukung kehidupan dan pertumbuhan lele secara baik. Oleh sebab itu
dalam pemeliharaan lele, air kolam diganti setiap 7 (tujuh) hari sekali. Selama
pemeliharaan penimbangan ikan lele dilakukan pada hari pertama dan selanjutnya
setiap 7 hari sekali. Jumlah makanan yang diberikan setiap hari dapat
ditentukan dengan rumus :
Jumlah
makanan setiap hari =
berat
badan x jumlah ikan dalam bak
DI
LABORATORIUM
Penentuan
kadar protein dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : tahap destruksi,
destilasi, dan titrasi dan pembuatan larutan blanko.
Perhitungan
% N =
Setelah diperoleh % N selanjutnya
dihitung kadar protein dengan mengalikan suatu faktor yaitu 6,25 sehingga %
protein = %N x 6,25
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Ikan lele yang diberi tambahan pakan
bekicot menunjukkan pertambahan berat badan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan ikan lele yang diberi pakan komersil. Semakin banyak penambahan pakan bekicot
pertambahan berat ikan lele semakin tinggi.
Dari hasil anava, diperoleh F hitung
= 5093,30, sedangkan harga F tabel pada taraf signifikan 1% = 6,36. Karena F
hitung lebih besar dari F tabel maka dalam penelitian ini Ho ditolak sekaligus
menerima Ha dalam artian ada pengaruh pemberian pakan bekicot ( Achatina
fulica) terhadap berat badan ikan lele dumbo ( Clarias geriepinus).
Ikan lele yang diberi tambahan pakan
bekicot menunjukkan kadar protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan
lele yang diberi pakan komersil.
Dari analisa data yang dilakukan
kadar protein ikan lele dumbo yang diberi pakan bekicot sangat nyata ( α =
0,01).
Dari hasil anava, diperoleh F hitung
= 88, 93 sedangkan harga F tabel pada taraf signifikan 1% = 6,36. Karena F
hitung > dari F tabel maka dalam penelitian ini Ho ditolak sekaligus
menerima Ha dalam artian ada pengaruh pemberian pakan bekicot (Achatina fulica) terhadap kadar protein
ikan lele dumbo (Clarias geriepinus).
Pengaruh Pemberian Pakan Yang
Berbeda Terhadap Perkembangan Berat Badan
Semua aktivitas ikan lele dumbo
membutuhkan banyak energi baik aktivitas yang terlihat maupun aktivitas yang
tidak terlihat. Misalnya untuk bernapas, berenang, mencerna makanan dan
aktivitas yang lainnya sehingga unsure gizi ini merupakan unsur utama disamping
protein.
Ransum yang mengandung zat-zat gizi
(karbohidrat, protein, vitamin dan mineral) yang cukup dan seimbang dan kadar
presentase pemberian bekicot pada perlakuan R3 memberikan pengaruh yang lebih
baik daripada perlakuan R1 dan R2. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
ransum yang digunakan pada perlakuan R3 lebih baik. Hal ini disebabkan karena
zat yang satu saling melengkapi dengan zat yang lain dengan kadar persentase
yang tepat atau terjadi supplementary effect.
Pertumbuhan sebagian besar
dipengaruhi oleh pemberian makanan yang optimal dalam hal keseimbangan
nutrient-nutriennya, kandungan energi dan ketersediaan nutrient serta kondisi
lingkungan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kebutuhan energi dan protein dalam pakan bekicot ternyata mencukupi untuk kebutuhan
pertumbuhan sehingga akan mempengaruhi berat badan.
Pengaruh
Pemberian Pakan Yang Berbeda Terhadap Kadar Protein Ikan Lele Dumbo
Protein sangat bernanfaat bagi tubuh
antara lain untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh, perbaikan dan pergantian
sel-sel jaringan tubuh yang telah tua, serta produksi enzim pencernaan dan
enzim metabolisme. Bekicot mengandung protein yang tinggi yaitu 59,27 gram per
100 gram bahan kering sehingga ketika dijadikan pakan bagi ikan lele dumbo akan
meningkatkan kadar protein ikan tersebut dan juga akan mengakibatkan
pertumbuhan ikan lele dumbo menjadi lebih baik bila dibandingkan dengan ikan
lele yang hanya diberi pakan komersil.
KESIMPULAN
Pemberian pakan bekicot memberi
pengaruh yang positif terhadap perkembangan berat badan ikan lele dumbo dimana
pemberian pakan bekicot dengan persentase 40% mempunyai berat badan yang lebih
besar jika dibandingkan dengan pemberian pakan bekicot dengan konsentrasi 30%
dan 0%.
Pemberian pakan bekicot memberi
pengaruh yang positif terhadap perkembangan kadar protein ikan lele dumbo
dimana pemberian pakan bekicot dengan persentase 40% mempunyai kadar protein
yang lebih besar jika dibandingkan dengan pemberian pakan bekicot dengan
konsentrasi 30% dan 0%.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
(1976), Laporan Khusus Lembaga Penelitian Peternakan, Bogor.
Anggorogi,R.,(1979),
Ilmu
Makanan Ternak Umum, Gramedia, Jakarta.
Asa,K.,(1989),
Budidaya
Bekicot, Penerbit Bhatara, Jakarta.
Emmy,S.,(1980),
Pengaruh
Bahan Makanan Terhadap Nilai Gizi Isi Perut Bekicot (Achatina fulica),
Karya Ilmiah, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Hieronymus,(2005),Budidaya
Bekicot, Cetakan ke-15, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Keenan,(1993),
Kimia
Untuk Universitas, Erlangga, Jakarta.
Lembaga
Penelitian Peternakan, (1976), Bogor.
Mujiman,
A.I.,(1991), Makanan Ikan, Cetakan
ke- 4, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Rasyaf,M.,(1993),
Metode
Kwantitatif Industri Ransum Ternak, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Redaksi
Agromedia,(2007), Beternak Lele Dumbo, Cetakan ke- 1, Penerbit Agromedia Pustaka,
Jakarta.
Winarno,F.G.,(1991),
Kimia Pangan Dan Gizi, Penerbit
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.